ASSALAMU'ALAIKUM...SELAMAT DATANG

Minggu, 22 September 2013

TERMINOLOGI ALLAHU AKBAR DAN FENOMENA KEKERASAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun oleh : FUAD, M.Pd.I


Kekerasan antar umat beragama akhir-akhir ini lagi hangat diperbincangkan. Bangsa yang mempunyai semboyan “BHINEKA TUNGGAL IKA” ini terusik dengan kejadian-kejadian di beberapa daerah yang dilatarbelakangi oleh perbedaan cara pandang beragama. Ketika terjadi gesekan-gesekan pandangan, seringkali track kekerasan dijadikan solusi. Dengan meneriakkan lafadz “ALLAHU AKBAR” mereka membawa parang-golok-pedang-pentungan dan segala assesorisnya.
Semakin banyak kelompok masyarakat yang mempunyai perspektif bahwa yang tidak sesuai dengan paham mereka adalah Kafir yang halal untuk dibunuh atau diperangi. Perspektif semacam ini adalah sangat-sangat berbahaya untuk ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Wathaniyah. Padahal Rasulullah SAW, sebagai figur sentral umat Islam merupakan sosok yang sangat santun, sangat toleran, sosok yang penuh kedamaian dan kasih sayang walaupun terhadap orang-orang yang memusuhinya.
Lafadz “ALLAHU AKBAR” sekarang banyak menghiasi gesekan-gesekan horizontal umat. Dengan meneriakkan “ALLAHU AKBAR” dimulailah penyerangan terhadap  kelompok lain, melempari rumah orang lain dengan batu, menghancurkan kios dagangan orang lain, merusak tempat ibadah orang lain, bahkan digunakan untuk melakukan pemboman yang merusak dan membunuh puluhan bahkan ratusan manusia. Tulisan ini akan membahas secara singkat bagaimana fenomena ini dalam sudut pandang Agama Islam.

Dalam bahasa Arab, kata ALLAHU AKBAR  (الله اَكْبَر ) mempunyai arti Allah Maha Besar. Allah adalah pencipta seluruh alam ini. Manusia hanyalah satu di antara ciptaan-ciptaan Allah yang luar biasa. Bumi sebagai tempat bermukim manusia merupakan tempat yang luar biasa, dengan daratan, lautan, dan semua mahluk yang ada di atasnya. Bumi merupakan satu titik kecil di dalam sistem tata surya. Tidak mungkin alam yang begitu luar biasa ini ada begitu saja tanpa diciptakan, dan penciptanya pastilah sangat-sangat luar biasa, Maha Agung, Maha Besar, Tuhan seluruh alam, Dia adalah Allah.
Ketika manusia mengingkari, ke-Maha Besar-an Allah, maka Allah menantang mereka untuk membuat satu mahluk kecil sejenis lalat, apakah mereka mampu membuatnya? Walaupun mereka semua bekerjasama untuk membuatnya pasti mereka tidak akan bisa.  Hal ini bisa kita lihat pada firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu, amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”( QS. Al-Hajj:73)
Kata Allahu Akbar juga digunakan ketika Nabi dan para Sahabat ketika berperang melawan kaum kafir Quraisy yang selalu memusuhi umat Islam pada waktu itu. Dengan mengucap Allahu Akbar, berkobarlah semangat pasukan Islam dengan semangat Jihad Fi Sabilillah dan siap mati demi membela agama sebagai Syuhada’ , mati Syahid di medan laga. Salah satu pertempuran yang fenomenal adalah perang Badar, di mana jumlah pasukan Islam yang sangat sedikit dibandingkan dengan tentara musuh. Pertempuran ini dimenangkan oleh umat Islam walaupun jumlah mereka sedikit, ini karena semangat juang yang tinggi dan atas pertolongan dari Allah. Setelah bertempur ada seorang Sahabat yang bertanya kepada Nabi Muhammad: “Ya Rasul, adakah perang yang lebih hebat dan lebih dasyat dari pertempuran ini? Nabi menjawab: Ada, yakni perang melawan hawa nafsu”. Berdasarkan hal tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa perjuangan melawan hawa nafsu dalam diri kita justru lebih berat dari pada perjuangan secara fisik di medan laga. 

Sudah saatnya bangsa ini kembali kepada karakter bangsa yang telah terlupakan. Karakter sebagai bangsa yang santun dan karakter menghargai setiap perbedaan. Setiap permasalahan harus diselesaikan dengan cara yang damai dan menggunakan pendekatan dialog. Karena Allah telah memerintahkan kita untuk menyelesaikan permasalahan dengan dialog atau musyawarah
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (Qs. Al-Syura:38)
Allah menciptakan manusia dengan segala perbedaannya adalah untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Dengan saling mengenal diharapkan terbentuk perdamaian dan kesejahteraan manusia.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujarat:13)
Berdasarkan ayat tersebut, kita mengetahui bahwa perbedaan di antara manusia adalah Fitrah dari Allah. Dengan perbedaan tersebut Allah mengharapkan manusia saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain, sehingga terbentuklah persatuan dan kedamaian.
Penyelesaian masalah dengan kekerasan justru menambah permasalahan  baru yang lebih komplek. Dengan dialog dan semangat kebersamaan semua permasalahan pasti ada solusinya. Marilah kita kembalikan paradigma kita kepada bangsa yang menghargai perbedaan, bangsa yang ber-BHINEKA TUNGGAL IKA.