Disusun oleh : FUAD, M.Pd.I
Kekerasan
antar umat beragama akhir-akhir ini lagi hangat diperbincangkan. Bangsa yang
mempunyai semboyan “BHINEKA TUNGGAL IKA” ini terusik dengan kejadian-kejadian
di beberapa daerah yang dilatarbelakangi oleh perbedaan cara pandang beragama.
Ketika terjadi gesekan-gesekan pandangan, seringkali track kekerasan
dijadikan solusi. Dengan meneriakkan lafadz “ALLAHU AKBAR” mereka membawa
parang-golok-pedang-pentungan dan segala assesorisnya.
Semakin banyak
kelompok masyarakat yang mempunyai perspektif bahwa yang tidak sesuai dengan
paham mereka adalah Kafir yang halal untuk dibunuh atau diperangi. Perspektif
semacam ini adalah sangat-sangat berbahaya untuk ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah
Wathaniyah. Padahal Rasulullah SAW, sebagai figur sentral umat Islam
merupakan sosok yang sangat santun, sangat toleran, sosok yang penuh kedamaian
dan kasih sayang walaupun terhadap orang-orang yang memusuhinya.
Lafadz “ALLAHU AKBAR” sekarang banyak
menghiasi gesekan-gesekan horizontal umat. Dengan meneriakkan “ALLAHU AKBAR”
dimulailah penyerangan terhadap kelompok
lain, melempari rumah orang lain dengan batu, menghancurkan kios dagangan orang
lain, merusak tempat ibadah orang lain, bahkan digunakan untuk melakukan
pemboman yang merusak dan membunuh puluhan bahkan ratusan manusia. Tulisan ini
akan membahas secara singkat bagaimana fenomena ini dalam sudut pandang Agama
Islam.
Dalam
bahasa Arab, kata ALLAHU AKBAR (الله اَكْبَر )
mempunyai arti Allah Maha Besar. Allah adalah pencipta seluruh alam ini.
Manusia hanyalah satu di antara ciptaan-ciptaan Allah yang luar biasa. Bumi
sebagai tempat bermukim manusia merupakan tempat yang luar biasa, dengan
daratan, lautan, dan semua mahluk yang ada di atasnya. Bumi merupakan satu
titik kecil di dalam sistem tata surya. Tidak mungkin alam yang begitu luar
biasa ini ada begitu saja tanpa diciptakan, dan penciptanya pastilah
sangat-sangat luar biasa, Maha Agung, Maha Besar, Tuhan seluruh alam, Dia
adalah Allah.
Ketika manusia mengingkari, ke-Maha
Besar-an Allah, maka Allah menantang mereka untuk membuat satu mahluk kecil
sejenis lalat, apakah mereka mampu membuatnya? Walaupun mereka semua bekerjasama
untuk membuatnya pasti mereka tidak akan bisa.
Hal ini bisa kita lihat pada firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا
لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ
اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ
ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
“
Hai
manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya dan jika
lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu, amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah)
yang disembah.”( QS. Al-Hajj:73)
Kata
Allahu Akbar juga digunakan ketika Nabi dan para Sahabat ketika berperang
melawan kaum kafir Quraisy yang selalu memusuhi umat Islam pada waktu itu.
Dengan mengucap Allahu Akbar, berkobarlah semangat pasukan Islam dengan
semangat Jihad Fi Sabilillah dan siap mati demi membela agama sebagai Syuhada’
, mati Syahid di medan laga. Salah satu pertempuran yang fenomenal adalah
perang Badar, di mana jumlah pasukan Islam yang sangat sedikit dibandingkan
dengan tentara musuh. Pertempuran ini dimenangkan oleh umat Islam walaupun
jumlah mereka sedikit, ini karena semangat juang yang tinggi dan atas
pertolongan dari Allah. Setelah bertempur ada seorang Sahabat yang bertanya
kepada Nabi Muhammad: “Ya Rasul, adakah perang yang lebih hebat dan lebih
dasyat dari pertempuran ini? Nabi menjawab: Ada, yakni perang melawan hawa
nafsu”. Berdasarkan hal tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa perjuangan
melawan hawa nafsu dalam diri kita justru lebih berat dari pada perjuangan
secara fisik di medan laga.
Sudah
saatnya bangsa ini kembali kepada karakter bangsa yang telah terlupakan.
Karakter sebagai bangsa yang santun dan karakter menghargai setiap perbedaan.
Setiap permasalahan harus diselesaikan dengan cara yang damai dan menggunakan
pendekatan dialog. Karena Allah telah memerintahkan kita untuk menyelesaikan
permasalahan dengan dialog atau musyawarah
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka, dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (Qs.
Al-Syura:38)
Allah
menciptakan manusia dengan segala perbedaannya adalah untuk saling mengenal
satu dengan yang lain. Dengan saling mengenal diharapkan terbentuk perdamaian
dan kesejahteraan manusia.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujarat:13)
Berdasarkan ayat
tersebut, kita mengetahui bahwa perbedaan di antara manusia adalah Fitrah dari
Allah. Dengan perbedaan tersebut Allah mengharapkan manusia saling mengenal dan
memahami satu dengan yang lain, sehingga terbentuklah persatuan dan kedamaian.
Penyelesaian
masalah dengan kekerasan justru menambah permasalahan baru yang lebih komplek. Dengan dialog dan
semangat kebersamaan semua permasalahan pasti ada solusinya. Marilah kita
kembalikan paradigma kita kepada bangsa yang menghargai perbedaan, bangsa yang
ber-BHINEKA TUNGGAL IKA.